Selasa, September 10, 2024

Puisi Penyair Pulo Lasman Simanjuntak Tak Pernah Mati  Sampai Turun ke Dunia Paling Sunyi

Jakarta – Proses kreatif menulis puisi Penyair dan Sastrawan Pulo Lasman Simanjuntak  memang tak pernah mati.

“Motto sastra saya adalah menulis puisi memang tak pernah mati.Bahkan sampai pintu kasihan tertutup yakni turun ke dunia orang mati,” katanya di Jakarta, Senin  (1/4/2024).

Dikatakannya lagi, proses kreatifitas dalam menulis puisi dimulai pada bln Juli 1977-saat masih duduk di bangku SMP- karya puisinya berjudul IBUNDA dimuat di Harian Umum KOMPAS.

“Kematian ibunda karena penyakit kanker telah membuat proses kreatif saya menulis puisi makin bertubi-tubi,” ucapnya.

Sejak tahun 1980 sampai bulan Maret 2024 ini karya puisi Penyair Pulo Lasman Simanjuntak-yang bekerja sebagai wartawan- telah dimuat di 23 media cetak (koran, surat kabar mingguan, dan majalah), serta dipublish (tayang) pada 173 media online dan majalah digital di Indonesia dan Malaysia.

“Saya juga bersiap go internasional.Setelah karya puisi saya dipublish di media online di negara serumpun Malaysia, sekarang juga karya puisi saya telah dikirim ke negara Bangladesh, India, dan Timor Leste,” kata penyair yang ratusan karya puisinya telah diterbitkan dalam 7 buku antologi puisi tunggal dan 27 buku antologi puisi bersama para penyair seluruh Indonesia.

Berikut di bawah ini sejumlah sembilan karya puisi Penyair Pulo Lasman Simanjuntak.

Selamat membaca.

KOLAM KEMATIAN 

seikat perjalanan

dimulai dari peta

kuku-kuku waktu

menggelisahkan

sekujur tubuhku

 

tak lagi mampu

menghisap

mulut matahari

bernyanyi kidung pagi hari

sepi  makin terkurung

pada batin ini

 

apa lagi yang harus disantap

dari dalam rahimmu

tak ada janin bayi

tinggal terbungkus

tulang belulang

ditikam gizi buruk

pada cuaca ekstrem

semakin buruk rupa

 

tidurlah sayang

sampai nanti

jasad ini mau dibakar

beralaskan debu dan tanah

 

pada akhirnya

aku terus berlari keletihan

mengejar angin

malam kecelakaan

imajinasi  sungguh mematikan

sampai di pertengahan kota

ada darah segar

di pori-pori aspal jalan

“jangan takut, silahkan jalan terus, kejarlah mimpi-mimpi itu sampai engkau tak lagi kelaparan akan firman maupun makanan menyehatkan,” pesan terakhir seorang lelaki muda

tanpa buah dada

terkapar

mencium ganas rembulan

Jakarta, Kamis 13 Oktober 2022

 

BANGKIT

i//

aku ingin kembali bangkit

sekian abad terlelap

dalam gumpalan timah hitam

yang digelar

di bawah matahari kebodohan

membentuk suatu rekaman dahsyat

percakapan kusut

keculasan menghitung

angka-angka yang harus digemukkan

ataukah hantu yang terus bergentayangan

di sudut meja

lautan memerah

 

ii/

aku ingin kembali bangkit

seratus tahun tertidur di atas ranjang komunitas biru

pada gedung kesenian ini

kumpulan orang-orang yang rajin berkarya

menulis dengan teknologi

menembus ruang dan waktu

dikepung apartemen mewah

keterasingan diri

di jantung matahari, tubuh laut, paru-paru angin malam hari, mimbar rumah ibadah, sampai meditasi di trotoar jalan sunyi

Baca Juga:  Antisipasi Kecurangan Pemilu, Bawaslu Lakukan Koordinasi Bersama Stakeholder

kuliner sorehari

iii/

aku ingin kembali bangkit

hidup lebih (dan lebih ! ) dari seribu tahun lagi

berdiskusi pada tumpukan buku-buku para penyair baik hati

yang tak lagi kelaparan

menyantap menu

puisi dengan harga bandrol

tak pasti

Taman Ismail Marzuki, Jakarta,  Selasa 26 Juli 2022

 

PRIA TANPA KELAMIN

pria tanpa kelamin

rajin menyapa

hujan sore hari

sambil tertidur pulas

menjelma jadi hewan pemalas

 

dari atas ranjang tembaga

ditularkan ribuan kuman

tumbuh subur

dalam akar panas bumi

perlahan dimatikan

angan-angan terjebak

di atas dahan

 

setiap pergi

pagi buta

ingin menembus belantara

kota jakarta

hari-hari selanjutnya

makin mengerikan

 

paru-parunya kini terinfeksi

bakteri takut dewa matahari

bahkan hatinya

hanya mengalahkan dua kali

semakin gelap

ingin pergi ke planet

bumi orang mati

 

pria tanpa kelamin

masih memiliki sepotong ginjal

yang telah membuat bengkak

seluruh rumah suci

tempat orang berdoa

mengumpulkan dosa

masa lalu

paling menyakitkan

 

pria tanpa kelamin

pingsan sejenak

lalu bangun lagi

tabur mawar

di atas altar pemujaan

penyakit menularnya

benar-benar liar

 

apakah masih ada harapan

karena kemelaratan

mau berlanjut

untuk waktu yang lama

Jakarta, Agustus 2023

 

KETIKA SUARA TUHAN DIHEMPASKAN

ketika suara Tuhan dihempaskan

liang kubur telah dihembuskan

digali di hamparan tanah granit rumah ibadah

saat jasadmu masih terbaring angkuh

sekeras masa lalumu

 

ketika suara Tuhan dihempaskan

seratus virus maut langsung tumbuh

berkembangbiak dengan cepat

bahkan terbang tanpa bisa dilihat kasat mata

 

ketika suara Tuhan dihempaskan

nyanyian kesaksian terus berkepanjangan

di bawah mimbar disirami karangan bunga

terjerumus jadi malapetaka untuk jemaah

karena orang-orang rajin berpelukan

untuk menuju ke dunia orang mati

Jatinegara, Jakarta 20 Juni 2021

 

TERJUNGKAL

sepasang pengantin mandul

sepakat sampaikan keluh kesah

sampai tembus ke bait suci di sorga

pekan kedua yang membawa berkah

ditelan sepotong daging hujan ramah

yang menyusup ke dalam perut rumah

nyaris kelaparan siapa mau disapa

akar kejahatan tumbuh berubah warna

ataukah harus kuhisap air tanah

genteng hunian permukiman berserakan

serta bau dinamo terbakar

belum selesai untuk ditelan

sampai berdarah-darah

Pamulang, 11 April 2022

 

PENYAIR TAK BERKUTIK

penyair sedang mandi di atas permukaan air danau berlapiskan kayu sambil menulis puisi

berita musim kemarau dan kantong kemiskinan

yang mulai merambah di atas genteng rumah

semula tak gelisah; saat bertukar sapa dengan lelaki separuh baya sedang puasa dari sebuah hotel yang senang bercumbu dengan virus corona dan berkelamin bersama deretan mobil hitam datang dari benua antartika

setelah bertelepon dengan bengkel kaki-kaki si penyair masih rajin memandang matahari yang kian terik sampai tiba pengembara liar membawa kabar duka tanpa tangisan layaknya bayi yang baru dilahirkan dini hari tadi

Baca Juga:  UPTD SDN 1 Teluk Pandan, Adakan Program GSS Setia Kawan

“tenang saja, jangan panik, simpanan di layar komputer bank masih aman untuk bisa menusuk jantungmu yang dilapisi emas enam gram dalam saku celana,” katanya sambil meraih tangan penyair untuk bersiap terbang menuju jembatan layang pinggiran kota

selesailah perjalanan penyair sampai sore hari

diakhiri dengan perkelahian dalam botol alkohol

serta melunasi hutangnya di hamparan meja makan

Pamulang, 5 April 2022

 

RUMAH TANPA TUMBUH PEPOHONAN

rumah tanpa tumbuh pepohonan

kini dipeluk semak belukar

diperut rumah yang juga

kian mengecil

muntah seribu dosa kelaparan

yang ganjil

 

bahkan berulangkali

jendelanya yang rapuh

tempat tidur kucing liar

tempat bersenggama kecoa menjijikan

 

menjelma jadi tangan sedekah

sangat memalukan

padahal ia pelayan tuhan

telah dibebastugaskan

seperti budak di negeri terasing

 

rumah tanpa tumbuh pepohonan

setiap hari persiapan

selalu rajin mencari sesuap nasi basi

dari mata lelaki tanpa alas kaki

disodorkan mata uang recehan

selalu kekeringan

 

di hamparan pekarangan rumah

basah air tanah

kemarau pun sering pecah

betapa makin susah

merambat di negeri paling korupsi

disebar hati yang keji

Jakarta,  2023/2024

 

SEKARUNG BERAS MENYUSUP DALAM SAJAKKU

pada malam mengerikan

kutulis kidung panjang

di atas hamparan batu roti

hari-hari tanpa sinar matahari

 

karena esok laut dan langit

semakin terbenam

menunggu di tepi waktu

yang sangat melelahkan

tak mampu bernyanyi sion

dengan rebana dan kecapi

 

untuk kembali menjual

angan-angan palsu

di lapak pinggir jalan

nyaris tanpa suara lamban

 

saat angin sakal tak bertiup

ke arah jendela dunia sunyi

terlilit tali orang mati

 

hanya terdengar dari ruang doa ini

gesekan besi di telinga kiri

adikku yang jenaka

membawa sekarung beras

menyusup dalam barisan sajakku

yang tak kunjung selesai

kutulis dengan tinta airmata

 

sampai nanti kubacakan

di lantai kaca

di ujung akhir zaman

masa kesesakan

direbus api penderitaan

Jakarta, 2023/2024

 

UTANG DALAM RAHIM IBU

utang dalam rahim ibu

lahirkan bayi-bayi kembar

kurang gizi dan nutrisi

 

padahal harus ditebus

dengan angka lima digit

bila dikalkulasi menjadi

ribuan triliun rupiah

 

terkurung dalam sangkar besi

maka terlihatlah dari sini

wajah pucat pasi

menunggu kepastian

pelunasan bunga berduri

sampai dinihari tadi

 

para pakar hukum filsafat berpesan berulangkali,

janin bayi harus segera ditanam lagi

 

haramkan perkawinan dini

karena harus bertempur

di sumur-sumur subur

bangsa tirai bambu ikut menabur

 

koruptor dan pengali

tanah kubur

membanting harga sandang dan pangan

(baca : beras makin mahal !)

saling berkejaran di bursa saham

 

orang-orang pinggiran

mati menggelepar

ditusuk pisau kelaparan

 

aneh, sajakku ikut terkapar !

Jakarta, 2023/2024

______________________

 

Berita Populer

Karya Bhakti TNI Bangun Jalan Desa Lumbirejo Selesai, Bupati, Kodim 0421 Lamsel Gelar Tasyakuran

Pesawaran (HO) - Bupati Pesawaran Dendi Ramadhona bersama Kodim 0421/Lamsel menggelar tasyakuran sekaligus peresmian pembangunan jalan di Desa Lumbirejo, Kecamatan Negeri Katon. Kegiatan itu...

Kajati Lampung Kuntadi Lantik Empat Kajari Berdasarkan SK Jaksa Agung RI

Lampung (HO) - Kepala Kejaksaan Tinggi Lampung Kuntadi, S.H., M.H., melantik Pejabat Eselon III dalam Wilayah Hukum Kejaksaan Tinggi Lampung.  Pelantikan ini dihadiri oleh...
error: Content is protected !!