Lampung (HO) – MITRA BENTALA dan Global Plastic Action Partnership (GPAP) bahas penanganan sampah plastik dan keanekaragaman hayati di kelurahan Kota Karang kecamatan Teluk Betung Timur Kamis ( 26/5/2025).
Acara ini dihadiri oleh berbagai unsur seperti BAPPEDA atau BAPPERINDA Kota Bandar Lampung, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pariwisata, Dinas Perikanan dan Kelautan. Lurah Kota Karang,dan RT, Kepala Lingkungan I dan 2, perwakilan kelompok Perempuan, pelajar dan mahasiswa.
Sambutan-sambutan mengawali acara seperti sambutan dari Lurah Kota Karang Bambang Heryabto menyampaikan, terima kasih atas kehadiran para peserta dan kepada MITRA BENTALA yang memang konsen terhadap lingkungan.
“Memang di kelurahan Kota Karang ini persoalan sampah terus dibahas. Dan yang paling mendominasi jenis sampah ini adalah sampah plastik. Bisa kita lihat salah satunya di Lokasi mangrove yang banyak menumpuk diperakaran pohonya,” ujarnya.

Kesempatan yang sama juga disampaikan oleh Direktur MITRA BENTALA Rizani mengatakan semakin hari , produksi sampah plastik terus meningkat. Sampah plastik ini akan berdampak pada hutan mangrove dan acaman bagi ekosisitem. Kemudian juga diutarakan bahwa sampah plastic kini menjadi isu global.
Hadir juga pada acara workshop ini kepala bidang perekonomian BAPPEDA kota Bandar Lampung Rein Susnida Hesty dalam sambutannya bahwa sampah plastik ini menjadi pembahasan dunia. Penanganan sampah plastik harus dilakukan secara kolaborasi semua unsur termasuk masyarakat.
Kemudian lanjut disampaikannya ucapan apresiasi kepada MITRA BENTALA atas terselenggaranya acara ini. Ini adalah Tindakan nyata yang dilakukan dan sangat membantu pemerintah Kota Bandar Lampung dalam penanganan sampah plastik.
Sementara itu Manager Program MITRA BENTALA Ogja Adjitio dalam paparannya menyebutkan sampah plastik merupakan masalah global yang dikhawatirkan banyak negara di dunia, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
“Di perkirakan dari tahun ke tahun akan mengalami peningkatan sampai 37 juta/ton pada tahun 2040. Biaya kerusakan akibat sampah plastik mencapai $281 triliun sejak 2016 sampai 2040. Serta sebanyak 20% sampah plastik yang berada di pesisir laut merupakan limpasan dari daratan,” katanya.
Lebih lanjut dijelaskannya bahwa jika tidak ditangani dengan baik, maka akan menimbulkan dampak buruk bagi manusia dan lingkungan. Bahkan dalam jangka panjang, sampah plastik akan menjadi ancaman baik bagi bioderversitas yang ada di pesisir dan laut.
Mastua perwakilan kelompok Perempuan berharap sampah plastik yang ada di kelurahan Kota Karang ditangani dengan baik dan dimanfaatkan dengan membentuk Bank Sampah.
“Dari data yang ada bahwa permasalahan sampah plastik, tidak saja menjadi permasalahan diberbagai belahan dunia, namun juga di Indonesia. Sampah plastik yang dihasilkan Indonesia menurut World Bank mencapai 7,8 juta ton setiap tahunnya dan 4,9 juta ton tidak dikelola dengan baik,” jelasnya.
Bahkan menurut nya, di Bandar Lampung, menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung sampah yang dihasilkan pada tahun 2024 mencapai 317.561 ton/tahun. Sampah plastik yang ada tidak saja membuat kawasan ini menjadi kumuh, namun juga mengganggu kelestarian ekosistem pesisir Kota Bandar Lampung. Keberadaan sampah plastik telah mendegrdasi sumber daya alam di pesisir seperti mangrove dan terumbu karang.
“Salah satu contoh kasus adalah wilayah Kota Karang, Kota Karang merupakan salah satu wilayah sentral industri perikanan yang terancam akibat dari limpasan sampah plastik. Timbunan sampah di Pulau Pasaran, Kelurahan Kota Karang mencapai 149.000 kg per tahun, dengan 64% diantaranya berupa residu plastik,” pungkasnya. (Red)