Jakarta, (HO) Guna emanfaatan sumber daya batubara menjadi lebih optimal, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) segera menandatangani proyek gasifikasi batubara atau dimethyl ether (DME). Jika rampung, pabrik yang mengolah batubara menjadi bahan bakar alternatif elpiji ini dinilai bakal menguntungkan emiten pelat merah tersebut.
Pasalnya, pabrik DME bisa menyerap cadangan 180 juta ton batubara kalori rendah yang berpotensi tidak dapat dijual.
Apollonius Andwie, Sekretaris Perusahaan PTBA menjelaskan, cadangan batubara yang berpotensi tidak terjual itu muncul lantaran adanya perbedaan keuntungan.
Menurutnya, batubara berkalori rendah akan lebih menguntungkan jika dijual langsung ke mulut tambang dibanding melalui pelabuhan.
“Sehingga, pemanfaatan sumber daya batubara menjadi lebih optimal dengan keberadaan pabrik DME,” ujarnya kemarin.
Terlebih, pabrik DME memiliki kapasitas untuk mengolah 6 juta ton batubara per tahun. Dengan asumsi cadangan 180 juta ton tidak berubah, PTBA sudah bisa mengamankan pemasukan hingga 30 tahun dari penjualan batubara kalori rendah pabrik DME.
Apollonius belum merinci perbedaan antara margin penjualan ke mulut tambang dan melalui pelabuhan. Pasalnya, hal ini tergantung dengan kesepakatan dan fluktuasi indeks atau harga batubara acuan.
Yang terang, biaya produksi per ton atawa cash cost batubara yang dijual ke mulut tambang dan melalui pelabuhan berbeda.
“Karena ke pelabuhan ada biaya angkutan dan penanganan,” imbuhnya.
Sedikit gambaran, cash cost PTBA kuartal pertama kemarin sebesar Rp 579.000 per ton. Dari nilai ini, sebesar 35% atau setara sekitar Rp 202.650 merupakan biaya jasa angkutan kereta.
“Sekitar 30%, dan porsinya pada Q3 kemarin sekitar 32%,” kata Apollonius.
Dia melanjutkan, komponen tersebut merupakan porsi terbesar dibanding komponen cash cost lain seperti sewa alat berat, royalti, dan lainnya. Dus, setidaknya PTBA bisa memangkas sekitar 35% cash cost jika menjual batubara langsung ke mulut tambang.
“Persiapan konstruksi pabrik DME ditargetkan mulai awal tahun depan dan beroperasi pada kuartal kedua 2024. Proyek ini juga bekerja sama dengan Pertamina dan Air Products & Chemicals, Inc. sebagai investor,” pungkasnya. (Net/Red)